KORUPSI, AKSESIBILITAS PARPOL DAN SUARA RAKYAT
Berbicara tentang Negara yang kita cintai ini tidak akan pernah lepas
dari yang namanya politik. Bagaimana tidak, setiap ada permasalahan di Negara
ini selalu saja di kait-kaitkan dengan permainan politik dari sejumlah partai.
Bukan hanya dari permasalahan korupsi yang di lakukan sejumlah aparat
pemerintah yang ditutup-tutupi oleh sebagaian oknum sampai dengan isu tentang
kebangkrutan Bank Century yang mengakibatkan kerugian Negara. Sudah cukup lama
masyarakat di suguhkan berita tentang kasus Bank Century tetapi permasalahan
itu sampai sekarang tidak jelas. Itu bisa kita lihat di berbagai media massa maupun media
elektronik. Baru saja kasus Century terkuak langsung di timpal dengan kasus
korupsi nazaruddin, kasus nazaruddin belum kelar di timpal lagi kasus korupsi
lainnya.
Sungguh terasa aneh Negara saya ini, kasus korupsi, dan partai politik
sepertinya tidak pernah terlepaskan dari Negara ini. Setiap pemimpin selalu menegaskan
di setiap kampanye maupun setelah memimpin untuk terus menegakkan anti korupsi
di Indonesia .
Tetapi selalu saja, ucapan hanyalah ucapan. Dalam kenyataannya tiap tahun
selalu saja tertangkap beberapa oknum pemerintah melakukan tindakan korupsi. Baik
di tubuh DPR maupun di tubuh pemerintah daerah.
Setiap 5 tahun sekali saya dan masyarakat Indonesia tentunya akan melakukan
pemilihan anggota DPR maupun kepala daerah. Saat menentukan pilihan tentunya
harapan saya adalah orang-orang yang terpilih akan menjadi pemimpin yang amanah
dan selalu mementingkan kepentingan rakyat kecil. tetapi selalu saja kita
dengar di media masa, setiap tahunnya selalu saja ada yang terlibat kasus
korupsi. Baik dari tubuh parpol maupun pemerintah.
Partai
Politik akan suara rakyat
Masa pemilihan anggota legeslatif akan segera terjadi di tahun 2014.
Masyarakat berlomba-lomba mencalonkan diri untuk menjadi anggota legeslatif
baik untuk pusat maupun daerah. Berlomba-lomba masuk kepartai politik (Parpol)
yang bisa mengangkat dan berharap menang dari partai tersebut.
Segala janji, visi dan misi mungkin sudah di persiapkan jauh-jauh hari
agar bisa menarik simpatik masyarakat untuk memilih. Banyak cara yang akan
dilakukan. Dengan melakukan gotong royong, membantu masyakat miskin dan sebagainya.
Tetapi, apakah masyarakat akan
bersimpatik???
Tahun 2009 saja banyak yang mencalonkan diri menjadi anggota
legeslatif baik di daerah maupun pusat.
Segala janji mereka utarakan. Dari pengobatan gratis, membantu masyarakat yang
tidak mampu. Tetapi janji hanya janji. Pengobatan gratis hanya ada saat
kampanye saja, setelah masuk menjadi salah satu anggota Legeslatif semua janji
terlupakan. Partai politik (parpol) harusnya berbenah menghadapi sikap apatis pemilih menjelang Pemilu 2014. Jika tidak, undecided voters atau kelompok yang tidak menentukan pilihan terhadap parpol yang sudah mencapai 40% bisa semakin bertambah.
Untuk pemilih hendaknya lebih jeli dalam mengambil pilihan. Jangan hanya
di berikan janji kesejahteraan, maka akan larut untuk memilih. Tapi hendaklah
memilih pemimpin yang amanah dan selalu memeuhi janjinya. Bagi yang terpilih
hendaknya lebih peduli terhadap masyakat bawah. Karena tanpa suara masyakat,
belum tentu para terpilih bisa duduk di kursi dewan legeslatif seperti yang
diinginkan, lebih peka akan keinginan masyarakat.
Partai politik juga hendaknya lebih menjaga kepercayaan masyarakat yang
memilihnya. Lakukan lah kampanye yang sederhana dan merakyat bukan melalui
berbagai hadiah yang di berikan, memberi amplop atau sejenisnya. Karena hal itu
juga termasuk melakukan tindakan korupsi. Dari kampanye saja sudah berbuat
curang bagaimana setelah menjadi pemimpin kelak. Mau jadi apa Negara ini kelak
jika pemimpinnya saja tidak bisa di percaya dan beramanah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar