Selasa, 25 Juni 2013

KORUPSI, AKSESIBILITAS PARPOL DAN SUARA RAKYAT

KORUPSI, AKSESIBILITAS PARPOL DAN SUARA RAKYAT

Berbicara tentang Negara yang kita cintai ini tidak akan pernah lepas dari yang namanya politik. Bagaimana tidak, setiap ada permasalahan di Negara ini selalu saja di kait-kaitkan dengan permainan politik dari sejumlah partai. Bukan hanya dari permasalahan korupsi yang di lakukan sejumlah aparat pemerintah yang ditutup-tutupi oleh sebagaian oknum sampai dengan isu tentang kebangkrutan Bank Century yang mengakibatkan kerugian Negara. Sudah cukup lama masyarakat di suguhkan berita tentang kasus Bank Century tetapi permasalahan itu sampai sekarang tidak jelas. Itu bisa kita lihat di berbagai media massa maupun media elektronik. Baru saja kasus Century terkuak langsung di timpal dengan kasus korupsi nazaruddin, kasus nazaruddin belum kelar di timpal lagi kasus korupsi lainnya.
Sungguh terasa aneh Negara saya ini, kasus korupsi, dan partai politik sepertinya tidak pernah terlepaskan dari Negara ini. Setiap pemimpin selalu menegaskan di setiap kampanye maupun setelah memimpin untuk terus menegakkan anti korupsi di Indonesia. Tetapi selalu saja, ucapan hanyalah ucapan. Dalam kenyataannya tiap tahun selalu saja tertangkap beberapa oknum pemerintah melakukan tindakan korupsi. Baik di tubuh DPR maupun di tubuh pemerintah daerah.
Setiap 5 tahun sekali saya dan masyarakat Indonesia tentunya akan melakukan pemilihan anggota DPR maupun kepala daerah. Saat menentukan pilihan tentunya harapan saya adalah orang-orang yang terpilih akan menjadi pemimpin yang amanah dan selalu mementingkan kepentingan rakyat kecil. tetapi selalu saja kita dengar di media masa, setiap tahunnya selalu saja ada yang terlibat kasus korupsi. Baik dari tubuh parpol maupun pemerintah.

Partai Politik akan suara rakyat
Masa pemilihan anggota legeslatif akan segera terjadi di tahun 2014. Masyarakat berlomba-lomba mencalonkan diri untuk menjadi anggota legeslatif baik untuk pusat maupun daerah. Berlomba-lomba masuk kepartai politik (Parpol) yang bisa mengangkat dan berharap menang dari partai tersebut.
Segala janji, visi dan misi mungkin sudah di persiapkan jauh-jauh hari agar bisa menarik simpatik masyarakat untuk memilih. Banyak cara yang akan dilakukan. Dengan melakukan gotong royong, membantu masyakat miskin dan sebagainya.
Tetapi, apakah masyarakat akan bersimpatik???
Tahun 2009 saja banyak yang mencalonkan diri menjadi anggota legeslatif  baik di daerah maupun pusat. Segala janji mereka utarakan. Dari pengobatan gratis, membantu masyarakat yang tidak mampu. Tetapi janji hanya janji. Pengobatan gratis hanya ada saat kampanye saja, setelah masuk menjadi salah satu anggota Legeslatif semua janji terlupakan. Partai politik (parpol) harusnya berbenah menghadapi sikap apatis pemilih menjelang Pemilu 2014. Jika tidak, undecided voters atau kelompok yang tidak menentukan pilihan terhadap parpol yang sudah mencapai 40% bisa semakin bertambah.
Untuk pemilih hendaknya lebih jeli dalam mengambil pilihan. Jangan hanya di berikan janji kesejahteraan, maka akan larut untuk memilih. Tapi hendaklah memilih pemimpin yang amanah dan selalu memeuhi janjinya. Bagi yang terpilih hendaknya lebih peduli terhadap masyakat bawah. Karena tanpa suara masyakat, belum tentu para terpilih bisa duduk di kursi dewan legeslatif seperti yang diinginkan, lebih peka akan keinginan masyarakat.

Partai politik juga hendaknya lebih menjaga kepercayaan masyarakat yang memilihnya. Lakukan lah kampanye yang sederhana dan merakyat bukan melalui berbagai hadiah yang di berikan, memberi amplop atau sejenisnya. Karena hal itu juga termasuk melakukan tindakan korupsi. Dari kampanye saja sudah berbuat curang bagaimana setelah menjadi pemimpin kelak. Mau jadi apa Negara ini kelak jika pemimpinnya saja tidak bisa di percaya dan beramanah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar